Gula Merah
Gula aren atau Gula merah atau gula kawung adalah pemanis yang dibuat dari nira atau bahasa Campakamulyanya lahang, yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira/lahang. Bunga jantan pohon enau yang dikumpulkan terlebih dahulu dalam sebuah lodong (bumbung bambu). Untuk mencegah lahang mengalami peragian dan lahang yang telah mengalami fermentasi tidak bisa dibuat gula, maka ke dalam bumbung bambu tersebut ditambahkan laru atau kawao yang berfungsi sebagai pengawet alami.
Setelah jumlahnya cukup, lahang direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua. Karena kalori ini lebih tinggi dari kayu bakar biasa maka proses memasaknya juga lebih cepat. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau ini terjadi gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Gula aren sudah terbentuk bila lahang menjadi pekat, berat ketika diaduk dan kalau diciduk dari wajan dan dituangkan kembali adukan akan putus-putus. Dan kalau tuangkan ke dalam air dingin, cairan pekat ini akan membentuk benang yang tidak putus-putus.Kalau sudah begitu, adonan diangkat dari tungku dan dicetak.
Cetakan gula ini dibuat dari bambu yang berdiameter kira-kira 5 cm sampai dengan 10 cm dengan panjang 15 cm sampai dengan 20 cm. Setelah agak dingin gula tersebut dibuka dari cetakannya dan ditiriskan dalam suhu kamar.
Keberadaan Gula Aren di Campakamulya sangatlah akrab dengan para petani dan pekebun. Hal ini disebabkan pohon enau/nira atau biasa disebut orang Campakamulya, Tangkal Kawung banyak terdapat dilahan-lahan mereka. Selain itu, pembuatan gula aren yang dilakukan pada pagi hari tidak mengganggu aktivitas dilahan-lahan pertanian mereka. Pengambilan lahang yang biasa dilaksanakan 2 (dua) kali sehari menjadikan hal tersebut merupakan pekerjaan sambilan. Subuh hari sebelum berangkat ke sawah/kebun mereka mengambil dan menggantikan lodong mereka dan pulang ke rumah untuk mengolah lahang tersebut. Begitu pula pada sore hari setelah ashar, sepulangnya dari sawah/kebun mereka akan menggantikan lagi lodong yang dipasang di tangkal kawung lalu pulang ke rumah untuk mengolah lahang tersebut.
No comments: